Sabtu, 24 September 2011

GANGGUAN BAHASA EKSPRESIF DAN RESEPTIF

GANGGUAN BAHASA EKSPRESIF DAN RESEPTIF




MAKALAH
Dibuat di dalam rangka perkuliahan
Interaksi Komunikasi







Disusun Oleh :

SUCI PUJI LAKSANI         0900917








JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul “GANGGUAN BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF”.
Laporan  ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah interaksi dan komunikasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan wawasan yang penulis miliki. Namun, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan segala keterbatasan yang ada sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Akhir kata penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya, serta dapat menjadi amal ibadah penulis yang dapat diterima oleh Allah SWT, amien.







Bandung, April 2010
Penulis







DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang ……………………………………………….. 1
1.2              Rumusan Masalah ……………………………………………. 1
1.3              Tujuan ………………………………………………………... 2

BAB II ISI
2.1 Pengertian Gangguan Bahasa……………………………………...3
2.2 perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif……………………...4
2.3 Bahasa & Bicara (Reseptif & Eksprosif)…………………………..5
2.4 Gangguan Bahasa Ekspresif…………………………………….....5
2.5 Gangguan Bahasa Reseptif………………………………………..7
BAB III KESIMPULAN
            3.1 Kesimpulan …………………………………………………….....8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

         Gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh seorang anak. Kemampuan berbahasa merupakan suatu indikator seluruh perkembangan anak. Jika seorang anak tidak mampu berbicara maka dapat menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya kelak. Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain sebagainya.
Bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif/ pemahaman dan ekspretif atau pengungkapan secara verbal. Bahasa reseptif (pemahaman) misalnya dengan menanyakan “mana hidung?” atau konsep dasar lainnya sesuai dengan usia anak. Kemampuan ekspretif (berkata) misalnya dengan menanyakan “ini apa?” dan anak menjawab pertanyaan sesuai dengan usia.
1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah yang ada dapat di rumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1.      Apa yang di maksud dengan Gangguan Bahasa ?
2.      Bagaimana Perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif ?
3.      Apa yang dimaksud dengan bahasa reseptif dan ekspresif ?
4.      Bagaimana Gangguan bahasa Reseptif ?
5.      Bagaimana Gangguan bahasa Ekspresif



1.3  Tujuan Makalah            

Adapun beberapa tujuan dari makalah ini, yaitu :
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan ganguan bahasa.
2.      Mengetahui bagaimana proses perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif.
3.      Mengetahui penjelasan bahasa reseptif dan ekspresif.
4.      Mengetahui dengan jelas bagaimana gangguan bahasa reseptif.
5.      Mengetahui dengan jelas bagaimana gangguan bahasa ekspresi.



















BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Pengertian Gangguan Bahasa
Menurut Soetjiningsih (1995) gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang dialami oleh seorang anak. Kemampuan berbahasa merupakan suatu indikator seluruh perkembangan anak. Jika seorang anak tidak mampu berbicara maka dapat menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dan mengungkapkan perasaannya kelak.  Dalam artikel “Frequently Asked Question”, Jeniffer Fusco (2002) mengungkapkan bahwa gangguan bahasa merupakan suatu keterlambatan dalam berbahasa ataupun bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan sangat menolong anak dalam masalah bahasa. Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain sebagainya.
Aram D.M (1987) dan Towne (1983) gejala-gejala anak dengan gangguan bahasa adalah sebagai berikut :
  1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap suara yang datang dari belakang atau samping.
  2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.
  3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata janga, da-da, dan sebagainya.
  4. Pada usia 18 bulan tidak dapa menyebut sepuluh kata tunggal
  5. Pada usia 2 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk, kemari, berdiri)
  6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh
  7. Pada usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata-kata yang sangat sedikit/tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase
  8. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri ari 2 buah kata.
  9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarganya
  10. Pada usia 36 bulan belum dapat menggunakan kalimat-kalimat sederhana
  11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang sederhana.
12.  Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat, ba untuk ban dan lain-lain)
  2.2 Perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif
Menurut Towne perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal usia toddeler adalah sebagai berikut :

Umur
Bahasa Reseptif (Pasif)
Bahasa Ekspresif (Aktif)
12 bulan
Reaksi dengan melakukan gerakan terhadap berbagai pertanyaan verbal
Mengungkapkan kesadara tentang obyek yang telah akrab dan menyebut namanya
15 bulan
Mengetahui dan mengenali nama-nama bagian tubuh
Kata-kata yang benarterdengar diantara kata-kata yang kacau, sering dengan disertai gerakan tubuhnya.
18 bulan
Dapat mengetahui dan mengenali gambar-gambar obyek yang sudah akrab dengannya, jika obyek disebut namanya
Lebih banyak menggunakan kata-kata daripada gerakan, untuk mengungkapkan keinginannya.
21 bulan
Akan mengikuti petunjuk yang berurutan (ambil topimu dan letakkan diatas meja)
Mulai mengkombinasikan kata-kata (mobil papa, mama berdiri)
24 bulan
Mengetahui lebih banyak kalimat yang lebih rumit.
Menyebut nama sendiri

2.3  Bahasa & Bicara (Reseptif & Eksprosif):
Bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif/ pemahaman dan ekspretif atau pengungkapan secara verbal. Bahasa reseptif (pemahaman) misalnya dengan menanyakan “mana hidung?” atau konsep dasar lainnya sesuai dengan usia anak. Kemampuan ekspretif (berkata) misalnya dengan menanyakan “ini apa?” dan anak menjawab pertanyaan sesuai dengan usia.
               Pemahaman terhadap patokan-patokan perkembangan maupun tingkatan dari Bahasa & Bicara akan sangat membantu Terapis Wicara dalam menganalisa kemampuan anak dari berbagai macam sisinya. Berikut ini adalah beberapa macam patokan-patokan dasar yang dapat dipakai untuk hal tersebut.

2.4 Gangguan Bahasa Ekspresif
Adalah  adanya gangguan bahasa dalam hal perbandaharaan kata, pemakaian keterangan (tenses) dengan tepat, produkasi kalimat yang kompleks, dan mengingat kata-kata.

 Ciri-ciri

*  indikasi: usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan bahkan untuk kata tunggal.
* sebelum usia 3 tahun bentuk kurang berat tidak terjadi smpai masa remaja awal, tetap menunjukan keinginan berkomunikasi
* saat mulai bicara, defisit bahasa menjadi jelas, artikulasi immature
* usia 4 tahun, berbicara dengan frase pendek, biasanya meluapkan kata yang lama saat        mereka mempelajari kata yang baru
* bahasa verbal atau isyarat di bawah tingkat usianya
* skor rendah pada tes verbal, ekspresif yang baku
* bahasa, perbandaharaan kata, tata bahasa sederhana dan sangat terbatas


Penyebab:
* trauma (belum jelas).
* faktor genetik ( biasanya memiliki riwayat keluarga fonologis atau gangguan komunikasi lain).
* gangguan neurologis pada anak (kerusakan / keterlambatan maturasi pada serebral, otak kiri).
* memiliki gangguan pendengaran. Prevelensi: pada anak usia sekolah, laki-laki/ perempuan.
Akibat dari gangguan:
* masalah emosional pada usia sekolah (citra diri buruk, frustrasi, depresi).
* mengganggu pencapaian akademik.
* masalah perilaku: hiperkativitas, rentang perhatian singkat, perilaku menarik diri,
menghisap ibu jari, mengompol, gangguan konduksi.
Terapi:
* biasanya 50% dapat sembuh dengan spontan.
* latihan pendorong perilaku dan praktek fonen (unit suara), perbendaharaan kata, dan
konstruksi    kalimat.
* konseling parental suportif.

2.5 Gangguan bahasa Reseptif
Perkembangan gangguan bahasa reseptif dibagi sebagai berikut :
1.      Lahir – 9 bulan : anak mulai mendengar dan mengerti, kemudian berkembanglah pengertian konseptual yang sebagian besar nonverbal.
2.      Sampai 12 bulan : anak berbahasa reseptif auditorik, belajar mengerti apa yang dikatakan, pada umur 9 bulan belajar meniru kata-kata spesifik misalnya dada, muh, kemudian menjadi mama, papa.
3.      Sampai 7 tahun : anak berbahasa ekspresif auditorik termasuk persepsi auditorik kata-kata dan menirukan suara. Pada masa ini terjadi perkembangan bicara dan penguasaan pasif kosa kata sekitar 3000 buah.
4.      Umur 6 tahun dan seterusnya : anak berbahasa reseptif visual (membaca). Pada saat masuk sekolah ia belajar membandingkan bentuk tulisan dan bunyi perkataan.
5.      Umur 6 tahun dan seterusnya : anak berbahasa ekspresif visual (mengeja dan menulis).
















BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Jadi bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif/ pemahaman dan ekspretif atau pengungkapan secara verbal. Oleh karena itu setiap anak berkembang dengan kemampuan yang berbeda-beda, hindarilah menilai setiap anak berpatok ketat kepada perkiraan umur dibawah. Jarak usia dibawah hanyalah sebagai panduan dari kemampuan si anak pada umur-umur tertentu.Pemerolehan bahasa juga bisa dilihat dari kebiasaan melihat maupun mendengar dari kecil.






1 komentar: